Jumat, 03 Desember 2010

Budaya Organisasi : Konsep dan Pengertiannya

Menurut Sobirin (2007) konsep umum budaya organisasi dapat dibagi menjadi 3 (tiga) school of thought (mazhab), yaitu : ideational school, adaptionist school, dan realist school. Mazhab pertama, ideational school, lebih melihat budaya organisasi sebagai nilai yang di-shared (dipahami, dijiwai, dan dipraktikkan bersama) oleh anggota sebuah komunitas atau masyarakat. Mazhab kedua, adaptionist school, melihat budaya organisasi dari apa yang bisa diobservasi baik dari bangunan organisasi seperti arsitektur/tata ruang ideational school bangunan fisik sebuah organisasi maupun dari orang-orang yang terlibat di dalamnya seperti pola perilaku dan cara berkomunikasi. Mazhab ketiga, realist school, menyadari bahwa budaya organisasi merupakan sesuatu yang kompleks yang tidak bisa dipahami hanya dari pola perilaku orang, tetapi juga sumber perilaku tersebut. Penjelasan ketiga mazhab tersebut akan dipaparkan pada uraian berikut. 

Mazhab pertama, yaitu ideational school dipelopori oleh Pettigrew (1979), yang mendefinisikan budaya organisasi sebagai “the system of such publicly and collectively accepted meanings operating for given group at a given time – sistem makna yang diterima secara terbuka dan kolektif, yang berlaku untuk waktu tertentu bagi sekelompok orang tertentu. Pendapat ini didukung oleh Sathe (1985) yang menekankan pentingnya shared meaning untuk memahami budaya organisasi. Menurut Sathe (1985) mengartikan budaya organisasi sebagai “set of important assumptions (often unstated) that members of a community share in common – satu set asumsi yang dianggap sangat penting (meski terkadang tidak tertulis) yang di-shared oleh para anggota sebuah komunitas/organisasi”.

Terdapat 2 (dua) tipe asumsi dasar yang sering digunakan untuk pegangan dalam sebuah organisasi yaitu keyakinan (belief) dan tata nilai (values) (Sathe, 1985). Keyakinan merupakan asumsi dasar tentang kehidupan dunia dan bagaimana kehidupan dunia tersebut menjalankan aktivitasnya. Asumsi dasar tersebut diperoleh melalui pengalaman pribadi atau melalui pengalaman orang lain. Sementara itu, tata nilai adalah asumsi dasar tentang sesuatu yang dianggap ideal yang patut untuk dicari dan dipertahankan. Tata nilai diperoleh melalui pengalaman pribadi atau melalui orang lain yang berpengaruh terhadap dirinya.

Mazhab kedua, yaitu adaptationist school, lebih menekankan pada pentingnya memahami budaya organisasi dari aspek perilaku manusia (behavior). Pendapat ini seperti yang dikemukakan oleh Davis (1984) bahwa “corporate culture is the pattern of shared belief and value that give the members of an institution meaning, and provide them with the rules for behavior in their organization – budaya perusahaan adalah keyakinan dan nilai bersama yang memberikan makna bagi anggota sebuah institusi dan menjadikan keyakinan dan nilai tersebut sebagai aturan/pedoman berperilaku di dalam organisasi. Pendapat ini didukung oleh Deal and Kennedy (1982) dan Turner (1994). Deal and Kennedy (1982) budaya didefinisikan sebagi cara yang dilakukan dalam sebuah organisasi. Sementara itu menurut Turner (1994) budaya perusahaan didefinisikan sebagai “ways of life, ways of acting, feeling and thinking, which are learned by group of people rather than being biologically determined – pandangan hidup, cara pandang sebagi dasar dalam bertindak, mengungkapkan perasaan dan berpikir yang kesemuanya dipelajari dari pembelajaran sekelompok orang yang tidak disebabkan oleh faktor keturunan”.

Mazhab ketiga, yaitu realist school, merupakan penggabungan ideational school dan adaptationist school. Pandangan ini seperti yang disampaikan oleh Schein (1985) sebagai berikut :
“culture is a pattern of shared basic assumptions that the group learned as it solved its problems of external adaptation and internal integration, that has work well enough to be considered valid and, therefore, to be taught to a new members as the correct way to perceive, think and feel in relation to these problems”. Budaya adalah pola asumsi dasar yang di-shared oleh sekelompok orang setelah sebelumnya mereka mempelajari dan meyakini kebenaran pola asumsi tersebut sebagai cara untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang berkaitan dengan adaptasi eksternal dan integrasi internal, sehingga pola asumsi dasar tersebut perlu diajarkan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang benar untuk berprestasi, berpikir dan mengungkapkan perasaannya dalam kaitannya dengan persoalan-persoalan organisasi.

Dari definisi yang disampaikan Schein (1985), esensi yang dapat diambil adalah asumsi dasar, proses pembelajaran, dan perilaku sehari-hari. Asumsi dasar merupakan inti budaya organisasi yang harus di-shared seperti yang disampaikan oleh para penganut ideational school. Asumsi dasar tidak datang tiba-tiba melainkan melalui proses pembelajaran. Proses ini bermula ketika sekelompok orang mencoba mengatasi masalah yang berkaitan dengan integrasi internal dan adaptasi eksternal. Setelah asumsi dasar terinternalisasi pada para anggota kelompok/organisasi sebagai landasan untuk berpikir, bertindak atau mengemukakan pendapat, secara perlahan-lahan para anggota organisasi sesungguhnya mulai membentuk nilai-nilai baru atau collective mental programming baru yang terimplementasi pada perilaku sehari-hari.

Pendapat lain yang menggabungkan mazhab ideational school dan adaptationist school adalah Kotter dan Heskett (1992) dan Stoner dkk. (1995). Menurut Kotter dan Heskett (1992) budaya perusahaan memiliki dua tingkatan. Tingkat yang lebih dalam dan kurang dapat diamati, budaya diartikan sebagai nilai-nilai yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota di dalam suatu kelompok dan cenderung untuk menetap meskipun anggota-anggota kelompok telah berganti. Pada tingkat yang lebih dapat diamati, budaya menggambarkan pola perilaku atau gaya kerja di suatu perusahaan yang secara otomatis dianjurkan oleh karyawan lama untuk diikuti rekan-rekan kerja yang baru. Selanjutnya Stoner dkk.(1995) mendefinisikan budaya sebagai gabungan kompleks asumsi, tingkah laku, cerita, mitos, metafora dan berbagai ide lain yang menjadi satu untuk menentukan apa arti menjadi anggota msyarakat tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar